Minggu, 19 Juni 2016

Laporan Pemuliaan Tanaman "KERAGAMAN DASAR PEMULIAAN TANAMAN"


                                                                                                                                                      I.            PENDAHULUAN

1.1.         Latar Belakang

Pengetahuan tentang besarnya keragaman genotipe dalam suatu populasi merupakan modal penting dalam program pemuliaan tanaman, karena keragaman genotipe mencerminkan besarnya potensi dan kecepatan dari populasi tersebut untuk menerima perbaikan. Populasi dengan keragaman genotipe rendah mencirikan bahwa anggota populasi tersebut secara genetis relatif homogen sehingga seleksi untuk mendapatkan tanaman unggul akan sulit dilakukan. makin luas keragaman genetik , makin besar pula peluang untuk keberhasilan seleksi dalam meningkatkan frekuensi gen yang diinginkan. Dengan kata lain , kesempatan untuk mendapatkan genotipe yang lebih baik melalui seleksi semakin besar (Ardiansyah, 2015).
Untuk dapat menentukan besarnya kergaman genotipe suatu populasi perlu diketahui komponen-komponen yang menyusun keragaan individu tanaman penyusun populasi. Persilangan akan mengakibatkan timbulnya populasi keturunan yang bersegregasi. Adanya segregasi ini berarti ada perbedaan genetik pada populasi, sehingga merupakan bahan seleksi, guna meningkatkan sifat. Generasi keturunan yang bersegresi dapat berbeda karena perbedaan macam persilangan (Budiarto, 2013).
Keragaman fenotip dapat diketahui dengan melihat dan menghitung suatu karakter dalam suatu populasi. Karakter yang diamati dapat bersifat kuantitatif artinya karakter yang sederhana dan biasanya dikendalikan oleh satu atau beberapa gen, contohnya warna bunga, warna daun, adanya bulu daun dan ketahanan terhadap penyakit. Sedangkan karakter kuantitatif artinya karakter kompleks yang dikendalikan oleh banyak gen, contohnya tinggi tanaman, hasil gabah dan kandungan protein atau kandungan besi (Oemar dkk, 2015).

1.2.         Tujuan Praktikum

a)      Mengukur fenotif suatu karakter kuantitatif dari suatu populasi tanaman.
b)      Menghitung statistika (nilai rata-rata, ragam, simpangan baku dan koefisien keragaman dari populasi yang diamati.
c)      Mambandingkan nilai statistika dari dua populasi yang berbeda keragamannya.



                                                                                                                                       II.            BAHAN DAN METODE

2.1.         Waktu dan Tempat

Praktikum Pemuliaan Tanaman dengan materi “Keragaman Dasar Pemuliaan Tanaman“ dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 03 Juni 2015 pukul 11.00 WIB di Kebun jagung milik Bapak Sulani, Jalan Hiu Putih, dan pada hari Senin, tanggal 08  Juni 2015 di Kalampangan, Palangka Raya.

2.2.         Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum Pemuliaan Tanaman dengan materi “Keragaman Dasar Pemuliaan Tanaman “ yaitu populasi tanaman jagung (populasi dari varietas hibrida dan populasi dari varietas non hibrida). Sedangkan alat yang digunakan yaitu meteran, jangka sorong dan PC.

2.3.         Cara Kerja

Cara kerja yang dilakukan pada saat praktikum Pemuliaan Tanaman dengan materi “Persilangan Buatan pada Kacang Panjang“ adalah sebagai berikut:.
1)      Melakukan pengukuran tinggi tanaman dan diameter batang dari kedua populasi dengan masing-masing varietas sebanyak 50 tanaman.
2)      Membuat tabel pengamatan.
3)      Melakukan perhitungan nilai rata-rata ragam, simpangan baku, dan kowfisien keragaman untuk setiap karakter pada masing-masing populasi menggunakan program excel.
4)      Membuat grafik atau histogram menggunkan program excel untuk setiap karakter pada masing-masing populasi.
5)      Mambandingkan nilai-nilai statistic tersebut antara populasi hibrida dan nonhibrida.



                                                                                                                            III.            HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1.         Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil Pengamatan Tinggi dan Diameter Tanaman Jagung Varietas Hibrida
Populasi Varietas Hibrida
No. Individu
Tinggi Tanaman (cm)
Diameter Batang cm)
1
209
1.79
2
217
2.2
3
208
1.98
4
200
2.4
5
235
2.8
6
189
2.48
7
215
1.74
8
218
2.8
9
200
1.6
10
228
1.98
11
220
2.9
12
210
1.74
13
205
1.74
14
210
1.74
15
224
1.74
16
220
2.7
17
215
2.4
18
190
1.98
19
218
2.88
20
219
2
21
207
2.88
22
217
2.74
23
216
1.74
24
207
2.2
25
208
2.9
26
200
2.98
27
224
1.98
28
214
2
29
208
2.7
30
218
2.2
31
201
2
32
210
2.4
33
217
1.74
34
216
2.48
35
217
2.88
36
228
1.5
37
210
1.98
38
191
2.2
39
213
1.98
40
219
1.98
41
217
2.7
42
220
1.98
43
214
2.7
44
219
1.74
45
209
1.98
46
216
1.98
47
194
1.5
48
213
2.48
49
202
1.7
50
218
1.98
Total
10613
109.79
Rata-rata
212.260
2.196
ragam
92.432
0.189
simpangan baku
9.614
0.435
Koefisien Keragaman
4.529%
19.793%

Tabel 2. Hasil Pengamatan Tinggi dan Diameter Tanaman Jagung Varietas Non Hibrida
Populasi Varietas Non Hibrida
No. Individu
Tinggi Tanaman (cm)
Diameter Batang cm)
1
156
1.3
2
150
1.3
3
156
1.98
4
146
1.3
5
170
1.56
6
173
1.98
7
170
1.3
8
173
1.56
9
107
1.98
10
170
1.5
11
183
1.3
12
175
1.02
13
107
1.98
14
187
1.56
15
184
1.56
16
193
1.56
17
186
1.98
18
165
2.3
19
182
1.3
20
191
1.98
21
169
1.56
22
184
1.98
23
190
1.5
24
190
1.5
25
185
1.74
26
169
1.56
27
190
1.74
28
192
1.74
29
198
1.74
30
192
2.3
31
184
1.98
32
207
1.74
33
193
1.5
34
200
1.74
35
180
1.5
36
182
1.98
37
194
1.74
38
183
1.56
39
186
1.74
40
200
1.56
41
200
1.56
42
192
1.56
43
184
1.98
44
200
1.94
45
206
1.5
46
186
1.5
47
198
1.98
48
176
1.98
49
200
1.56
50
176
1.36
Total
9010
83.620
Rata-Rata
180.200
1.672
Ragam
409.960
0.075
Simpangan Baku
20.247
0.274
Koefisien Keragaman
11.236%
16.367%

3.2.        
5
Pembahasan

Berdasarkan grafik 1. Tinggi Tanaman Hibrida dan Non Hibrida, diketahui bahwa tinggi tanaman jagung kedua varietas tersebut tidak homogen. Tanaman jagung varietas hibrida relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan tanaman jagung varietas non hibrida, tanaman tertinggi mencapai 235 cm dan yang terendah yaitu 190 cm. Sedangkan tanaman jagung varietas non hibrida, tanaman tertinggi mencapai 207 cm dan yang terendah 107 cm. Berdasarkan grafik 2. Diameter Batang Tanaman Hibrida dan Non Hibrida, diketahui bahwa tanaman jagung varietas hibrida memiliki batang yang lebih besar dengan dimeter mencapai 2,98 cm sedangkan varietas non hibrida diameter batang yang tersebar hanya 2,3 cm. Penampilan morfologi yang merupakan fenotipe dari sebuah suatu organisme adalah hasil proses metabolisme yang terjadi di dalam setiap sel penyusun organisme tersebut. Keragaman morfologi diantara individu anggota populasi sangat tergantung pada keragaman proses dan hasil metabolisme yang terjadi pada masing-masing individu.
Kriteria koefisien keragaman genetik digunakan pendekatan Alnopri (2004), luas dan sempit-nya nilai koefisien keragaman genetik (KKG) dibagi menjadi 3 yakni: rendah (0-10%), sedang (10-20%), dan tinggi (> 20%). Kriteria koefisien keragaman fenotipe digunakan pendekatan Qosim et al., (2000), yaitu: rendah (0 < X 25), sedang (25 < X 50), dan tinggi (> 50) (Hijra et al, 2012).
Berdasarkan tabel 1 dan tabel 2, diketahui bahwa koefisien keragaman tanaman jagung varietas hibrida sebesar 4,529% untuk tinggi tanaman dan 19,793% untuk diameter batang. Sedangkan tanaman jagung varietas non hibrida memiliki koefisien keragaman sebesar 11,236% untuk timggi tanaman dan 16,367% untuk diameter batang. Artinya kedua varietas tanaman jagung ini memiliki  keragaman yang rendah. Hal ini menggambarkan bahwa peluang terhadap karakter tinggi tanaman dan diameter batang dalam usaha-usaha perbaikan genetik melalui seleksi dan rekombinasi untuk menghasilkan kombinasi genetik baru sangat terbatas (Rahmadi et al., 1990). Oleh karena itu dalam upaya perbaikan genetik karakter yang diinginkan melalui program pemuliaan perlu menambah plasma nutfah baru guna meningkatkan keragaman dalam populasi yang dipelajari.


                                                                                                                                                             IV.            PENUTUP

5.1.         Kesimpulan

Pengukuran fenotif suatu karakter kuantitatif (tinggi tanaman dan diameter tanaman) dari populasi tanaman jagung varietas hibrida dan varietas non hibrida diperoleh hasil bahwa tanaman jagung varietas hibrida lebih unggul sebab memiliki penampakan morfologi lebih tinggi dangan diameter batang lebih besar.
Tanaman jagung varietas hibrida memiliki tinggi rata-rata sebesar 212 cm dengan diameter batang 2,196 cm. Nilai ragam sebesar 92,432 untuk tinggi tanaman dan 0,189 untuk diameter batang. Sedangkan simpangan bakunya sebesar 9,614 untuk tinggi tanaman dan 0,435 untuk diameter batang. Serta koefisien keragaman varietas hibrida sebesar 4,529% untuk tinggi tanaman dan 19,793 untuk diameter batang. Sedangkan tanaman jagung varietas non hibrida memiliki tinggi rata-rata sebesar 180.200 cm dengan diameter batang 1.672cm. Nilai ragam sebesar 409.960 untuk tinggi tanaman dan 0.075 untuk diameter batang. Simpangan bakunya sebesar 20.247 untuk tinggi tanaman dan 0.274 untuk diameter batang. Serta koefisien keragaman varietas hibrida sebesar 11.236% untuk tinggi tanaman dan 16.367% untuk diameter batang.










DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah Dwi Nico. 2015. Laporan Praktikum Pemuliaan Tanaman. (http://nicodwiardiansyah18.blogspot.com). (Diakses pada tanggal, 29 juni 2015).

Budiarto. 2013. Laporan Praktikum Pemuliaan Tanaman. (http://budiartodb.blogspot.com). (Diakses pada tanggal, 28 juni 2015).

Hijra et al, Variabilitas dan Heritabilitas. (http://faperta.uho.ac.id). (Diakses pada tanggal, 29 juni 2015).

Oemar Oesin. dkk, 2014. Penuntun Praktikum Pemuliaan Tanaman. Jurusan Budidaya Pertanian Universitas Palangka Raya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar