I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengetahuan
tentang besarnya keragaman genotipe dalam suatu populasi merupakan modal
penting dalam program pemuliaan tanaman, karena keragaman genotipe mencerminkan
besarnya potensi dan kecepatan dari populasi tersebut untuk menerima perbaikan.
Populasi dengan keragaman genotipe rendah mencirikan bahwa anggota populasi
tersebut secara genetis relatif homogen sehingga seleksi untuk mendapatkan
tanaman unggul akan sulit dilakukan. makin luas keragaman genetik , makin besar
pula peluang untuk keberhasilan seleksi dalam meningkatkan frekuensi gen yang
diinginkan. Dengan kata lain , kesempatan untuk mendapatkan genotipe yang lebih
baik melalui seleksi semakin besar (Ardiansyah, 2015).
Untuk
dapat menentukan besarnya kergaman genotipe suatu populasi perlu diketahui
komponen-komponen yang menyusun keragaan individu tanaman penyusun populasi.
Persilangan akan mengakibatkan timbulnya populasi keturunan yang bersegregasi.
Adanya segregasi ini berarti ada perbedaan genetik pada populasi, sehingga
merupakan bahan seleksi, guna meningkatkan sifat. Generasi keturunan yang
bersegresi dapat berbeda karena perbedaan macam persilangan (Budiarto, 2013).
Keragaman
fenotip dapat diketahui dengan melihat dan menghitung suatu karakter dalam
suatu populasi. Karakter yang diamati dapat bersifat kuantitatif artinya
karakter yang sederhana dan biasanya dikendalikan oleh satu atau beberapa gen,
contohnya warna bunga, warna daun, adanya bulu daun dan ketahanan terhadap
penyakit. Sedangkan karakter kuantitatif artinya karakter kompleks yang
dikendalikan oleh banyak gen, contohnya tinggi tanaman, hasil gabah dan
kandungan protein atau kandungan besi (Oemar
dkk, 2015).
1.2. Tujuan Praktikum
a) Mengukur
fenotif suatu karakter kuantitatif dari suatu populasi tanaman.
b) Menghitung
statistika (nilai rata-rata, ragam, simpangan baku dan koefisien keragaman dari
populasi yang diamati.
c) Mambandingkan
nilai statistika dari dua populasi yang berbeda keragamannya.
II. BAHAN DAN METODE
2.1. Waktu dan Tempat
Praktikum Pemuliaan
Tanaman dengan materi “Keragaman Dasar Pemuliaan Tanaman“ dilaksanakan pada
hari Rabu, tanggal 03 Juni 2015 pukul 11.00 WIB di Kebun jagung milik Bapak
Sulani, Jalan Hiu Putih, dan pada hari Senin, tanggal 08 Juni 2015 di Kalampangan, Palangka Raya.
2.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan
dalam praktikum Pemuliaan Tanaman dengan materi “Keragaman Dasar Pemuliaan
Tanaman “ yaitu populasi tanaman jagung (populasi dari varietas hibrida dan populasi dari varietas
non hibrida). Sedangkan alat yang digunakan yaitu meteran, jangka sorong dan PC.
2.3. Cara Kerja
Cara kerja yang
dilakukan pada saat praktikum Pemuliaan Tanaman dengan materi “Persilangan
Buatan pada Kacang Panjang“ adalah sebagai berikut:.
1)
Melakukan pengukuran tinggi tanaman dan diameter batang dari
kedua populasi dengan masing-masing varietas sebanyak 50 tanaman.
2)
Membuat tabel pengamatan.
3)
Melakukan perhitungan nilai rata-rata ragam, simpangan baku,
dan kowfisien keragaman untuk setiap karakter pada masing-masing populasi
menggunakan program excel.
4)
Membuat grafik atau histogram menggunkan program excel untuk
setiap karakter pada masing-masing populasi.
5)
Mambandingkan nilai-nilai statistic tersebut antara populasi
hibrida dan nonhibrida.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan Tinggi dan
Diameter Tanaman Jagung Varietas Hibrida
Populasi Varietas
Hibrida
|
||
No. Individu
|
Tinggi Tanaman (cm)
|
Diameter Batang cm)
|
1
|
209
|
1.79
|
2
|
217
|
2.2
|
3
|
208
|
1.98
|
4
|
200
|
2.4
|
5
|
235
|
2.8
|
6
|
189
|
2.48
|
7
|
215
|
1.74
|
8
|
218
|
2.8
|
9
|
200
|
1.6
|
10
|
228
|
1.98
|
11
|
220
|
2.9
|
12
|
210
|
1.74
|
13
|
205
|
1.74
|
14
|
210
|
1.74
|
15
|
224
|
1.74
|
16
|
220
|
2.7
|
17
|
215
|
2.4
|
18
|
190
|
1.98
|
19
|
218
|
2.88
|
20
|
219
|
2
|
21
|
207
|
2.88
|
22
|
217
|
2.74
|
23
|
216
|
1.74
|
24
|
207
|
2.2
|
25
|
208
|
2.9
|
26
|
200
|
2.98
|
27
|
224
|
1.98
|
28
|
214
|
2
|
29
|
208
|
2.7
|
30
|
218
|
2.2
|
31
|
201
|
2
|
32
|
210
|
2.4
|
33
|
217
|
1.74
|
34
|
216
|
2.48
|
35
|
217
|
2.88
|
36
|
228
|
1.5
|
37
|
210
|
1.98
|
38
|
191
|
2.2
|
39
|
213
|
1.98
|
40
|
219
|
1.98
|
41
|
217
|
2.7
|
42
|
220
|
1.98
|
43
|
214
|
2.7
|
44
|
219
|
1.74
|
45
|
209
|
1.98
|
46
|
216
|
1.98
|
47
|
194
|
1.5
|
48
|
213
|
2.48
|
49
|
202
|
1.7
|
50
|
218
|
1.98
|
Total
|
10613
|
109.79
|
Rata-rata
|
212.260
|
2.196
|
ragam
|
92.432
|
0.189
|
simpangan baku
|
9.614
|
0.435
|
Koefisien Keragaman
|
4.529%
|
19.793%
|
Tabel 2. Hasil Pengamatan Tinggi dan
Diameter Tanaman Jagung Varietas Non Hibrida
Populasi Varietas Non Hibrida
|
||
No. Individu
|
Tinggi Tanaman (cm)
|
Diameter Batang cm)
|
1
|
156
|
1.3
|
2
|
150
|
1.3
|
3
|
156
|
1.98
|
4
|
146
|
1.3
|
5
|
170
|
1.56
|
6
|
173
|
1.98
|
7
|
170
|
1.3
|
8
|
173
|
1.56
|
9
|
107
|
1.98
|
10
|
170
|
1.5
|
11
|
183
|
1.3
|
12
|
175
|
1.02
|
13
|
107
|
1.98
|
14
|
187
|
1.56
|
15
|
184
|
1.56
|
16
|
193
|
1.56
|
17
|
186
|
1.98
|
18
|
165
|
2.3
|
19
|
182
|
1.3
|
20
|
191
|
1.98
|
21
|
169
|
1.56
|
22
|
184
|
1.98
|
23
|
190
|
1.5
|
24
|
190
|
1.5
|
25
|
185
|
1.74
|
26
|
169
|
1.56
|
27
|
190
|
1.74
|
28
|
192
|
1.74
|
29
|
198
|
1.74
|
30
|
192
|
2.3
|
31
|
184
|
1.98
|
32
|
207
|
1.74
|
33
|
193
|
1.5
|
34
|
200
|
1.74
|
35
|
180
|
1.5
|
36
|
182
|
1.98
|
37
|
194
|
1.74
|
38
|
183
|
1.56
|
39
|
186
|
1.74
|
40
|
200
|
1.56
|
41
|
200
|
1.56
|
42
|
192
|
1.56
|
43
|
184
|
1.98
|
44
|
200
|
1.94
|
45
|
206
|
1.5
|
46
|
186
|
1.5
|
47
|
198
|
1.98
|
48
|
176
|
1.98
|
49
|
200
|
1.56
|
50
|
176
|
1.36
|
Total
|
9010
|
83.620
|
Rata-Rata
|
180.200
|
1.672
|
Ragam
|
409.960
|
0.075
|
Simpangan Baku
|
20.247
|
0.274
|
Koefisien Keragaman
|
11.236%
|
16.367%
|
3.2.
5
|
Berdasarkan grafik 1.
Tinggi Tanaman Hibrida dan Non Hibrida, diketahui bahwa tinggi tanaman jagung
kedua varietas tersebut tidak homogen. Tanaman jagung varietas hibrida relatif
lebih tinggi bila dibandingkan dengan tanaman jagung varietas non hibrida,
tanaman tertinggi mencapai 235 cm dan yang terendah yaitu 190 cm. Sedangkan
tanaman jagung varietas non hibrida, tanaman tertinggi mencapai 207 cm dan yang
terendah 107 cm. Berdasarkan grafik 2. Diameter Batang Tanaman Hibrida dan Non
Hibrida, diketahui bahwa tanaman jagung varietas hibrida memiliki batang yang
lebih besar dengan dimeter mencapai 2,98 cm sedangkan varietas non hibrida
diameter batang yang tersebar hanya 2,3 cm. Penampilan morfologi yang merupakan
fenotipe dari sebuah suatu organisme adalah hasil proses metabolisme yang
terjadi di dalam setiap sel penyusun organisme tersebut. Keragaman morfologi
diantara individu anggota populasi sangat tergantung pada keragaman proses dan
hasil metabolisme yang terjadi pada masing-masing individu.
Kriteria koefisien
keragaman genetik digunakan pendekatan Alnopri (2004), luas dan sempit-nya
nilai koefisien keragaman genetik (KKG) dibagi menjadi 3 yakni: rendah (0-10%),
sedang (10-20%), dan tinggi (> 20%). Kriteria koefisien keragaman fenotipe
digunakan pendekatan Qosim et al., (2000), yaitu: rendah (0 < X 25), sedang
(25 < X 50), dan tinggi (> 50) (Hijra et
al, 2012).
Berdasarkan tabel 1 dan
tabel 2, diketahui bahwa koefisien keragaman tanaman jagung varietas hibrida
sebesar 4,529% untuk tinggi tanaman dan 19,793% untuk diameter batang.
Sedangkan tanaman jagung varietas non hibrida memiliki koefisien keragaman
sebesar 11,236% untuk timggi tanaman dan 16,367% untuk diameter batang. Artinya
kedua varietas tanaman jagung ini memiliki
keragaman yang rendah. Hal ini menggambarkan bahwa peluang terhadap
karakter tinggi tanaman dan diameter batang dalam usaha-usaha perbaikan genetik
melalui seleksi dan rekombinasi untuk menghasilkan kombinasi genetik baru
sangat terbatas (Rahmadi et al., 1990). Oleh karena itu dalam upaya perbaikan
genetik karakter yang diinginkan melalui program pemuliaan perlu menambah
plasma nutfah baru guna meningkatkan keragaman dalam populasi yang dipelajari.
IV. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Pengukuran fenotif
suatu karakter kuantitatif (tinggi tanaman dan diameter tanaman) dari populasi
tanaman jagung varietas hibrida dan varietas non hibrida diperoleh hasil bahwa
tanaman jagung varietas hibrida lebih unggul sebab memiliki penampakan
morfologi lebih tinggi dangan diameter batang lebih besar.
Tanaman jagung varietas
hibrida memiliki tinggi rata-rata sebesar 212 cm dengan diameter batang 2,196
cm. Nilai ragam sebesar 92,432 untuk tinggi tanaman dan 0,189 untuk diameter
batang. Sedangkan simpangan bakunya sebesar 9,614 untuk tinggi tanaman dan
0,435 untuk diameter batang. Serta koefisien keragaman varietas hibrida sebesar
4,529% untuk tinggi tanaman dan 19,793 untuk diameter batang. Sedangkan tanaman
jagung varietas non hibrida memiliki tinggi rata-rata sebesar 180.200
cm dengan diameter batang 1.672cm. Nilai ragam
sebesar 409.960 untuk tinggi tanaman dan 0.075
untuk diameter batang. Simpangan bakunya sebesar 20.247 untuk
tinggi tanaman dan 0.274 untuk diameter batang. Serta
koefisien keragaman varietas hibrida sebesar 11.236% untuk
tinggi tanaman dan 16.367% untuk diameter batang.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah
Dwi Nico. 2015. Laporan Praktikum
Pemuliaan Tanaman. (http://nicodwiardiansyah18.blogspot.com). (Diakses
pada tanggal, 29 juni 2015).
Budiarto.
2013. Laporan Praktikum Pemuliaan Tanaman.
(http://budiartodb.blogspot.com). (Diakses pada tanggal, 28 juni 2015).
Hijra
et al, Variabilitas dan Heritabilitas. (http://faperta.uho.ac.id).
(Diakses pada tanggal, 29 juni 2015).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar